002
02 Januari 2020
HI!
Hari kedua di tahun ini.
Terbangun cukup siang, sekitar seperempat jam setelah matahari menampakkan sinarnya. Setelah absen, bercengkrama dengan bini yang berakhir dengan pergumulan panjang antara dua insan yang berlawanan jenis. Selesai kegiatan yang saat ini sudah jarang kami berdua lakukan itu, aku tertidur. Lelah rasanya. Menguras energi setelah beberapa bulan "puasa", karena istriku beberapa bulan yang lalu mengandung anak kedua kami, dan sebulan lalu dia melahirkannya.
Sekitar jam 10 pagi, aku terbangun. Tiba-tiba teringat pesanmu di hari kemarin yang belum kubalas. Bingung mau dibalas apa, iseng aja balesin guyonan ala bapak-bapak yang garingnya ga ketulungan. Sahut-menyahut 8 pesan pendek yang berakhir 2 jam kemudian, karena keterbatasannya topik. Di akhir pesan, sengaja kubiarkan tak terbalas. Speechless. Saat ini ga ada yang bisa dibahas lagi, pikirku.
Anak sulungku ada di kota kelahiranku sejak 30 Desember 2019, sehari sebelum malam perayaan tahun baru. Menikmati keseruan pergantian tahun bersama orangtuaku, karena 1 Januari 2020 aku masih harus masuk kerja. Aku sempat berjanji, kalau siang hari selepas dinas di tahun baru aku akan pulang kesana. Tetapi, karena ada sesuatu hal, akhirnya kutunda pagi hari ini.
Realitanya, hari ini bangunku cukup siang, ditambah pula mager parah yang akhirnya baru beranjak bebersih jam 12 siang, dan baru sampai terminal bus jam 1 siang. 2 jam kemudian akupun sampai di rumah kelahiranku, tempat seluruh keluarga besar dari ayahku berkumpul saat lebaran tiba. Sesampainya disana, bercengkrama dengan beberapa saudara dari ayah, yang hamper semuanya tinggal di rumah tersebut, sambil melihat anak sulungku bermain-main dengan sebayanya.
Tepat pukul 17.00, kami bertiga, aku bersama anak dan orangtuaku, beranjak pulang ke rumah yang jaraknya hanya 10 menit dari rumah kelahiranku. Di tengah perjalanan, anak sulungku tak kuat menahan kantuknya. Jam tidur siangnya yang seharusnya dipakai untuk beristirahat, tergeser oleh keseruan bermain dengan teman-teman sebayanya. 2 jam kemudian, dia bangun. Gawai yang tadinya ada di tangan, kuletakkan di meja dekat televisi, lalu bermain dengannya. Tak kuhiraukan notifikasi yang beberapa kali bersahutan dari gawaiku, aku hanya ingin bermain dengan anak sulungku dan ayahku.
Sekitar pukul 22.00, aku berjalan keluar rumah menuju teras. Beberapa saat kemudian asap rokok mulai mengepul, menandakan ada jiwa yang perlu ditenangkan. Iseng-iseng scroll beberapa pesan masuk di Whatsapp, seketika teringat pesan masuk darimu yang belum terbalas. Skip. Mencoba mengalihkan perhatianku ke aplikasi lain, sembari mencari jawaban apa yang bisa kuberikan padamu agar api ini tetap menyala.
Tak terasa, haripun berganti.
HI!
Hari kedua di tahun ini.
Terbangun cukup siang, sekitar seperempat jam setelah matahari menampakkan sinarnya. Setelah absen, bercengkrama dengan bini yang berakhir dengan pergumulan panjang antara dua insan yang berlawanan jenis. Selesai kegiatan yang saat ini sudah jarang kami berdua lakukan itu, aku tertidur. Lelah rasanya. Menguras energi setelah beberapa bulan "puasa", karena istriku beberapa bulan yang lalu mengandung anak kedua kami, dan sebulan lalu dia melahirkannya.
Sekitar jam 10 pagi, aku terbangun. Tiba-tiba teringat pesanmu di hari kemarin yang belum kubalas. Bingung mau dibalas apa, iseng aja balesin guyonan ala bapak-bapak yang garingnya ga ketulungan. Sahut-menyahut 8 pesan pendek yang berakhir 2 jam kemudian, karena keterbatasannya topik. Di akhir pesan, sengaja kubiarkan tak terbalas. Speechless. Saat ini ga ada yang bisa dibahas lagi, pikirku.
Anak sulungku ada di kota kelahiranku sejak 30 Desember 2019, sehari sebelum malam perayaan tahun baru. Menikmati keseruan pergantian tahun bersama orangtuaku, karena 1 Januari 2020 aku masih harus masuk kerja. Aku sempat berjanji, kalau siang hari selepas dinas di tahun baru aku akan pulang kesana. Tetapi, karena ada sesuatu hal, akhirnya kutunda pagi hari ini.
Realitanya, hari ini bangunku cukup siang, ditambah pula mager parah yang akhirnya baru beranjak bebersih jam 12 siang, dan baru sampai terminal bus jam 1 siang. 2 jam kemudian akupun sampai di rumah kelahiranku, tempat seluruh keluarga besar dari ayahku berkumpul saat lebaran tiba. Sesampainya disana, bercengkrama dengan beberapa saudara dari ayah, yang hamper semuanya tinggal di rumah tersebut, sambil melihat anak sulungku bermain-main dengan sebayanya.
Tepat pukul 17.00, kami bertiga, aku bersama anak dan orangtuaku, beranjak pulang ke rumah yang jaraknya hanya 10 menit dari rumah kelahiranku. Di tengah perjalanan, anak sulungku tak kuat menahan kantuknya. Jam tidur siangnya yang seharusnya dipakai untuk beristirahat, tergeser oleh keseruan bermain dengan teman-teman sebayanya. 2 jam kemudian, dia bangun. Gawai yang tadinya ada di tangan, kuletakkan di meja dekat televisi, lalu bermain dengannya. Tak kuhiraukan notifikasi yang beberapa kali bersahutan dari gawaiku, aku hanya ingin bermain dengan anak sulungku dan ayahku.
Sekitar pukul 22.00, aku berjalan keluar rumah menuju teras. Beberapa saat kemudian asap rokok mulai mengepul, menandakan ada jiwa yang perlu ditenangkan. Iseng-iseng scroll beberapa pesan masuk di Whatsapp, seketika teringat pesan masuk darimu yang belum terbalas. Skip. Mencoba mengalihkan perhatianku ke aplikasi lain, sembari mencari jawaban apa yang bisa kuberikan padamu agar api ini tetap menyala.
Tak terasa, haripun berganti.
Komentar
Posting Komentar