Last, but not least.
Hi!
Lama tak berjumpa! Cukup lama menghilang untuk tidak menulis hal-hal yang cukup tidak berguna, hahaha.
Hari ini, H+7 Lebaran, cukup suntuk tanpa ada pekerjaan yang berarti, dimana biasanya aku sibuk keluyuran kesana kemari untuk menambal sulam kerusakan perangkat yang tak kunjung usai. Kali ini, sebenarnya ga ada hal menarik yang bisa diceritakan disini. Tapi, di hari ketujuh pada lebaran tahun ini izinkan aku untuk meminta maaf kepada kalian untuk segala kesalahan yang telah kuperbuat, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Sore hari, 8 hari yang lalu, aku masih berkutat di kantor. Puasa terakhir di tahun ini, sayup-sayup terdengar petasan yang menyambut lebaran akan datang di keesokan harinya. Aku masih termenung di ruangan kecil tempatku mengais rezeki, membayangkan esok hari tiba dan aku tetap harus mendatangi ruangan ini lagi selepas salat idul fitri dan sungkem dengan istri, mertua, kakak ipar, dan beberapa saudara lainnya. Kumainkan ponselku, sembari membuang waktu menunggu berbuka puasa. Tidak ada yang menarik, pikirku. Ponselku bergetar, notifikasi dari salah satu aplikasi perpesanan instan yang cukup populer muncul disisi atas layar ponselku, tak kuindahkan dari siapa dan apa isi pesan yang baru saja masuk itu.
Aku berjalan gontai keluar dari ruang kerjaku, ponsel kutinggalkan serampangan diatas meja. Menyusuri lorong yang menjadi satu-satunya akses menuju ruangan terbuka, berjalan tak tentu arah. Entah kaki ingin mengajak tubuh ini pergi kemana, yang jelas saat ini aku bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja. Melintas di tempat salah satu rekan kerja, hanya untuk sekedar say hello. Segera ku menuju tempat parkir, mengambil mobil kantor yang cukup berdebu, dan mengajaknya jalan-jalan. Ngabuburit, kata anak-akan zaman sekarang. Kujalankan mobil menyusuri padatnya pejalan kaki yang bersiap untuk pergi keluar kota, entah untuk pulang kampung atau sekedar untuk menghabiskan masa liburan lebaran yang cukup panjang.
Azan maghrib telah terdengar, pesananku teronggok di meja, menunggu untuk disantap tuannya. Buka puasa hari ini cukup sepi, mungkin karena hari terakhir, atau mungkin juga karena banyak orang sudah mudik, atau bahkan mungkin mereka sedang sibuk memilih baju terbaik yang akan dipakai keesokan harinya. Mangkuk sop buntut dihadapanku kosong, menyisakan tulang belulang yang sudah ditunggu oleh kucing yang sedari tadi mengelus-elus kakiku, mengharapkan sisa-sisa makananku. Gema takbir dan dentuman petasan bersahut-sahutan mengiringi laju pelan mobilku menuju ke kantor. Tidak ada yang spesial, dimana ritual penyambutan idul fitri yang selalu sama setiap tahunnya.
Kuambil ponsel yang kubiarkan berdering nyaring, menggeser notifikasi azan yang mengingatkanku untuk salat isya. Kubuka notifikasi dari aplikasi perpesanan instan yang cukup banyak, menumpuk beberapa kontak dan grup yang entah apa isinya. Iseng-iseng kulihat status beberapa kontakku yang memang hari ini belum kusentuh sama sekali. Salah satu status yang cukup menarik perhatianku, berisi foto kucing dan sebuah caption "penghuni baru kosan". Status itu dari dia, kontak yang telah lama ku blokir (sejujurnya, istriku yang memblokir kontaknya di ponselku, hahaha), dan saat ini kontaknya sudah kubuka blokirnya (tanpa sepengetahuan istriku, tentunya).
Sempat terpikir, apakah dia tidak pulang ke kotanya, ataukah itu foto lama yang baru saja diunggah untuk dijadikan status yang terhapus setelah 24 jam, ataukah entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu. Baik, kalian bisa mengatakan aku ini bucin, ga bisa move on, atau apalah sebutannya, tapi hal-hal sepele seperti ini bisa membuat kalian mati rasa ketika kalian belum bisa memaafkan diri sendiri. Ingin rasanya mengomentari status itu sebelum terhapus oleh waktu, tapi aku tak ingin mengulangi kesalahan yang hampir membuat biduk kecil yang baru saja kudayung ini karam.
Oktober tahun lalu, masih teringat dengan jelas dimana aku dan istriku bertengkar hebat. Si kecil yang saat itu belum genap setahun dan masih belum bisa melerai orang tuanya pun ikut menangis. Kuakui, saat itu aku salah, salah besar, dimana prioritas keluargaku tergeser oleh dia. Saat dimana kebutuhan hidup sedang banyak-banyaknya, dengan penghasilan tetap setiap bulannya, saat itulah juga aku lebih mementingkan dia daripada keluargaku sendiri. Cukup sudah, aku berhenti dari permainan ini. Aku lelah. Aku tidak ingin menabrakkan biduk kecilku di karang yang tidak bisa menolongku di saat aku ingin pergi ke daratan.Aku masih ingin sampan kecil ini utuh dan bisa mengantarkan penumpangnya selamat sampai tujuan.
Maafkanlah aku, istriku.
Maafkanlah aku, mantanku.
Aku ingin hidup tenang.
Lama tak berjumpa! Cukup lama menghilang untuk tidak menulis hal-hal yang cukup tidak berguna, hahaha.
Hari ini, H+7 Lebaran, cukup suntuk tanpa ada pekerjaan yang berarti, dimana biasanya aku sibuk keluyuran kesana kemari untuk menambal sulam kerusakan perangkat yang tak kunjung usai. Kali ini, sebenarnya ga ada hal menarik yang bisa diceritakan disini. Tapi, di hari ketujuh pada lebaran tahun ini izinkan aku untuk meminta maaf kepada kalian untuk segala kesalahan yang telah kuperbuat, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Sore hari, 8 hari yang lalu, aku masih berkutat di kantor. Puasa terakhir di tahun ini, sayup-sayup terdengar petasan yang menyambut lebaran akan datang di keesokan harinya. Aku masih termenung di ruangan kecil tempatku mengais rezeki, membayangkan esok hari tiba dan aku tetap harus mendatangi ruangan ini lagi selepas salat idul fitri dan sungkem dengan istri, mertua, kakak ipar, dan beberapa saudara lainnya. Kumainkan ponselku, sembari membuang waktu menunggu berbuka puasa. Tidak ada yang menarik, pikirku. Ponselku bergetar, notifikasi dari salah satu aplikasi perpesanan instan yang cukup populer muncul disisi atas layar ponselku, tak kuindahkan dari siapa dan apa isi pesan yang baru saja masuk itu.
Aku berjalan gontai keluar dari ruang kerjaku, ponsel kutinggalkan serampangan diatas meja. Menyusuri lorong yang menjadi satu-satunya akses menuju ruangan terbuka, berjalan tak tentu arah. Entah kaki ingin mengajak tubuh ini pergi kemana, yang jelas saat ini aku bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja. Melintas di tempat salah satu rekan kerja, hanya untuk sekedar say hello. Segera ku menuju tempat parkir, mengambil mobil kantor yang cukup berdebu, dan mengajaknya jalan-jalan. Ngabuburit, kata anak-akan zaman sekarang. Kujalankan mobil menyusuri padatnya pejalan kaki yang bersiap untuk pergi keluar kota, entah untuk pulang kampung atau sekedar untuk menghabiskan masa liburan lebaran yang cukup panjang.
Azan maghrib telah terdengar, pesananku teronggok di meja, menunggu untuk disantap tuannya. Buka puasa hari ini cukup sepi, mungkin karena hari terakhir, atau mungkin juga karena banyak orang sudah mudik, atau bahkan mungkin mereka sedang sibuk memilih baju terbaik yang akan dipakai keesokan harinya. Mangkuk sop buntut dihadapanku kosong, menyisakan tulang belulang yang sudah ditunggu oleh kucing yang sedari tadi mengelus-elus kakiku, mengharapkan sisa-sisa makananku. Gema takbir dan dentuman petasan bersahut-sahutan mengiringi laju pelan mobilku menuju ke kantor. Tidak ada yang spesial, dimana ritual penyambutan idul fitri yang selalu sama setiap tahunnya.
Kuambil ponsel yang kubiarkan berdering nyaring, menggeser notifikasi azan yang mengingatkanku untuk salat isya. Kubuka notifikasi dari aplikasi perpesanan instan yang cukup banyak, menumpuk beberapa kontak dan grup yang entah apa isinya. Iseng-iseng kulihat status beberapa kontakku yang memang hari ini belum kusentuh sama sekali. Salah satu status yang cukup menarik perhatianku, berisi foto kucing dan sebuah caption "penghuni baru kosan". Status itu dari dia, kontak yang telah lama ku blokir (sejujurnya, istriku yang memblokir kontaknya di ponselku, hahaha), dan saat ini kontaknya sudah kubuka blokirnya (tanpa sepengetahuan istriku, tentunya).
Sempat terpikir, apakah dia tidak pulang ke kotanya, ataukah itu foto lama yang baru saja diunggah untuk dijadikan status yang terhapus setelah 24 jam, ataukah entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu. Baik, kalian bisa mengatakan aku ini bucin, ga bisa move on, atau apalah sebutannya, tapi hal-hal sepele seperti ini bisa membuat kalian mati rasa ketika kalian belum bisa memaafkan diri sendiri. Ingin rasanya mengomentari status itu sebelum terhapus oleh waktu, tapi aku tak ingin mengulangi kesalahan yang hampir membuat biduk kecil yang baru saja kudayung ini karam.
Oktober tahun lalu, masih teringat dengan jelas dimana aku dan istriku bertengkar hebat. Si kecil yang saat itu belum genap setahun dan masih belum bisa melerai orang tuanya pun ikut menangis. Kuakui, saat itu aku salah, salah besar, dimana prioritas keluargaku tergeser oleh dia. Saat dimana kebutuhan hidup sedang banyak-banyaknya, dengan penghasilan tetap setiap bulannya, saat itulah juga aku lebih mementingkan dia daripada keluargaku sendiri. Cukup sudah, aku berhenti dari permainan ini. Aku lelah. Aku tidak ingin menabrakkan biduk kecilku di karang yang tidak bisa menolongku di saat aku ingin pergi ke daratan.Aku masih ingin sampan kecil ini utuh dan bisa mengantarkan penumpangnya selamat sampai tujuan.
Maafkanlah aku, istriku.
Maafkanlah aku, mantanku.
Aku ingin hidup tenang.
Komentar
Posting Komentar